Dakwah PACARAN – Anjrahuniversity.com:: Banyak dilingkunganku (lingkungan masyarakat pada umumnya dan begitu pula yang sudah mengenal dakwah islam) yang mengambil pacaran sebagai langkah awal sebelum menikah. Sekalipun ada juga yang pacaran untuk iseng dan aneka alasan pragmatis lainnya. Semuanya seakan mampu menjelaskan bahwa pacaran itu baik. Yah sampai kepikiran, memang adakah pacaran yang baik, benar-benar baik? Berikut kutipan diskusi Dakwah PACARAN via SMS dengan salah seorang ustadz yang menjadi rujukanku.
Dakwah PACARAN sebagai salah satu keresahan rohis SMA ku
Ya Dakwah PACARAN juga berkaitan dengan curhat-curhat dari pengurus ROHIS SMAku yang gerah melihat teman-temannya telah salah “cara bergaulnya”. Hingga pada waktu yang dekat ini aku berkonsultasi Dakwah PACARAN via SMS dengan salah seorang ustadz tempat rujukanku bertanya dan meminta nasehat. Keilmuan beliau dalam agama islam ini insya Allah sangat bisa dipertanggung jawabkan, mengingat beliau juga salah satu lulusan dari Madinah. Dengan tetap menghargai keyakinan masing-maisng, ijinkan saya berbagai sesuatu yang benar (insya Allah menurut tuntunan syari’at islam yang shahih) kepada saudara-saudaraku semua.
- Aku mengawali SMS Dakwah PACARAN ( di note ini, SMSnya sudah saya edit dan saya pakai bahasa yang mudah saja, so, kurang lebihnya begini), “Ustadz, ngapain sih kita yang ngaji-ngaji ini perlu mengekang diri dan tidak menggunakan sarana pacaran untuk menikah? Padahal kita bisa lihat bahwa orang yang berpacaran dan tidak berpacaran sebelum menikah toh tidak ada bedanya. Mereka yang berpacaran terus menikah juga bahagia, bisa punya anak, kehidupan rumah tangga mereka juga baik-baik saja? Tidak perlu mengekang diri (tidak berpacaran) semacam ini?”
- Ustadz, “Bedane: Sing nikah pacaran dulu berarti sudah maksiat duluan sebelum menikah, jadi pondasi nikahnya adalah maksiat. Kalo tanpa pacaran pondasi nikahnya taat, rak yo bedo tenan to??”.
- Aan membalas SMS, “Ehm ya ya betul Tadz. Tetapi kan begini tadz, pas nanti udah nikah kan bisa tobat. Orang yang berpacaran tadi, terus menikah. Lalu setelah menikah mereka sadar, dulu mereka telah melakukan dosa sebab berproses menuju nikah dengan cara berpacaran. Terus mereka taubat. Berarti enakkan orang yang pacaran (sebelum menikah) dong, kan kata Allah, kalau orang itu mau bertaubat, dosanya akan di ampuni?”
- Ustadz, ”Kalo thole bisa menjamin taubat kita bisa diterima ana setuju dengan thole, atau bisa menjamin kita sempat bertaubat sebelum sekarat, dan coba lihat (berilah) beberapa contoh orang yang pacaran lalu bertaubat?”
- Aan, “Wah jika diminta mencari contoh, bukan hal yang mudah Tadz. Malah mungkin ndak ada orang yang melakukan taubat dari peristiwa pacaran. Kan mereka pikir pacaran hal yang sah-sah saja. Jadi ya, setelah mereka pacaran lancar, terus nikah, ya sudah gitu aja. Berarti mending kita sekarang tetap menjaga diri (tidak usah berpacaran) ya. Dan pastinya untuk perjuangan yang berat ini pasti Allah kasih banyak pahala buat kita. Bener kan Tadz?
- Ustadz, “Yes-Yes, Kowe Saiki wes nalar le”.
- Aan,” Iya Tadz, matur nuwun. Eh, satu pertanyaan lagi Tadz. La kalo ada yang berpikir begini, ya sekarang okelah kami paham bahwa berpacaran ini termasuk maksiat. Kami tahu lah, ntar kami tobatnya dalam bentuk pernikahan. Pernikahan itu sebagai wujud taubat kami. Nek gini gimana Tadz?
- Ustadz, “He he.. aku ra mudeng nalare cah nom! Ya kalo tahu dosa, maka kewajiban kita segera tobat sebelum sekarat! Jangan sampe dah masuk akhirat belum taubat! Apalagi cari nikmat kog pake maksiat! He he”.
- Aan, “Iya benar. Terima kasih tadz. Selamat malam”. Demikian serial SMS Dakwah PACARAN pun selesai.
Hikmah dari SMS Dakwah PACARAN Dengan ustad bisa dibaca pada artikel Dakwah PACARAN di SIni atau hadist putus pacar diganti yang lebih baik