::anjrahuniversity.com:: Aku tanya, “apa benar-benar bisa melupakan seseorang yang benar-benar telah mengukir kuat jalur emosi yang ada di hati?” atau “Apakah melupakan satu-satunya solusi agar perasaan sakitnya patah hati atau rasa bersalah sebab memutuskan putus itu bisa benar-benar hilang tidak ada alternatif lain?”. :bingung:
Putus cinta kalau aku lihat tidak selalunya harus berujung pada saling melupakan satu sama lain. Lupa dalam arti seperti layaknya kita menggunakan windows explorer terus kita bisa memilih file sampah atau bahkan virus lalu kita delete. Apakah file itu akan hilang begitu saja?
Sering terjadi file yang di delete tadi sebenarnya malah masih ada didalam komputer itu. Bisa jadi masih ada pada menu recycle binnya. Lebih-lebih otak manusia yang ia mampu menampung ribuan gigabyte informasi berserta ruang lingkup rasa, warna, emosi, sampai detailnya.
Sampai kita sendiri kadang heran, “kog bisa sedetail ini otak menyimpan rekaman peristiwa yang kita lalui”. Ya bandingkan saja kamera atau handycame, paling pol hanya bisa merekam gambar bergerak dan suaranya saja, itupun hanya mampu merekam beberapa gigabyte saja.
Aplikasi Jurus Reframing dalam Dunia NLP Bagi ‘Kesehatan Jiwa’
Rasa manisnya jeruk kayak apa? rasa merindang merinding saat deketan sama pasangan hidup kayak apa? kamera dan handycame ndak bisa merekamnya, tapi OTAK BISA.
Lalu mengapa musti tetap di biarkan dalam mindset kita?
Jawabannya, Memory itu sebenarnya baik-baik saja. Otak tetap menyimpan memori itu juga tetap sehat, tanpa kurang suatu apapun. Permasasalahannya adalah pada representasi internal DIRI KITA terhadap rekaman peristiwa itu. Representasi internal adalah perkataan Anda pada diri Anda sendiri mengenai suatu hal atau suatu peristiwa yang Anda Alami.
Representasi internal adalah perkataan Anda pada diri Anda sendiri mengenai suatu hal atau suatu peristiwa yang Anda Alami.
Saya ambil contoh:
Saya tiba-tiba memukul punggung Anda,, tanpa sebab apapun.
Saya memukul anda, tanpa sebab apapun kalau Anda teman dekat saya,teman dekat saya akan merekam perilaku saya memukul dia. Rekaman bekerja amat sangat cepat di dalam memori otaknya. Lalu dia berbicara dengan dirinya sendiri (representasi internal). Bisa jadi yang proses representasi internal yang terjadi:
- Astaghfirullah, siapa ni yang memukul?
- Apa maksud dia memukul saya?
- Hayo dicek saja dulu? dan lain sebaginya.
Sampai perilaku dia (misalnya) membalikkan badan, lalu melihat ke arah saya. Maka dia menyerap informasi lagi, masuk informasi itu ke memorinya. Setelah masuk memori dilanjutkan dengan proses representasi internal. Contohnya:
- Owh Si aan, bercanda dia ni,
- Owh si aan, lumayan ada sparing patner, aku lagi kesel nih atau yang lain
Tidak berhenti disitu , masukan informasi dan proses representasi internal terus berjalan sampai orang tersebut memutuskan perilaku, entah membalas dengan senyuman, entah gantian memukul, nantang sparing, atau yang lainnya.
Begitu juga saat putus/diputus pacar. Bisa kita arahkan representasi internal ke arah positif yang kita mau. Ya agar yang berada diposisi memutuskan bisa segera bebas dari perasaan bersalah atau menyesal telah mengambil sikap. Kemudian bagi yang diposisi diputuskan juga bisa tetap hidup dengan optimisme. Contoh? owh iya ya,, bareng-bareng kita rumuskan contohnya? misalnya, dia berkata, “Mas/Mbak/Dek/Cin,,, mulai hari ini kita putus!”.
Bagaimana representasi internal positif yang sebaiknya kita susun?
Alhamdulillah, ini momentum saya bisa langsung nglamar Adinda yang lebih cantik itu.
Syukur deh, hari ini pulsaku bisa lebih banyak untuk menelepon keluargaku dirumah. dll,,,
Buat sendiri ya,, masak dicontah contohin dulu. Rumus intinya, “awali dengan syukur,lalu plus kalimat optimis dan positif yang diharapkan ke depan”. Sering-sering berlatih sehingga bisa semakin mengerti mengelola emosi tidak semata-mata berpikir instan untuk melupakan, namun tempuh saja pilihan alternatif untuk merubah representasi internal diri kita terhadap memori semenyakitkan apapun yang telah kita alami. Trust Me, It WORK!
:2thumbup