Beberapa waktu yang lalu saya nyetatus di facebook tujuan demokrasi dalam islam. Saya menyampaikan bahwa islam sama sekali tidak membutuhkan sistem demokrasi yang dikenal sekarang alias demokrasi buatan amerika dan sekutunya. Apa pasalnya? Islam memiliki ‘corak politik tersendiri’ dan hampir semuanya itu ketika manusia menerapkan sistem demokrasi ala barat jadi tidak bisa terakomodasi sesuai haknya.
Sejak permulaan dari slogannya, slogan demokrasi saja sudah bertentangan dengan ajaran Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam. Slogan demokrasi menyatakan “kedaulatan ditangan rakyat”, padahal seorang muslim seharusnya menyadari sepenuhnya “kedaulatan di Tangan Allah subhanahu wata’ala”. Allah tidak membutuhkan makhluk ciptaannya buat merembug aturan aturan terbaik dari sisiNya. Ini kog secara terang-terangan menyatakan kedaulatan ditangan rakyat bahkan ketika ingin memberlakukan syariat Allah mereka masih ‘perlu memusyawarahkan’ lagi di ‘sidang wakil rakyat’ yang ‘terhormat’. Masya Allah..
Alasan Demokrasi Barat Sekedar Sebagai Wasilah Dakwah
Dijawab oleh salah seorang temen facebook yang mengajukan alasan bahwa ada sebagian umat islam yang menggunakan sistem demokrasi sekedar sebagai sarana saja mencapai suatu tujuan dakwah. Bisa jadi karena mereka meyakini itu adalah cara yang paling tepat di masa sekarang bisa menjaga umat lepas dari kedzaliman serta kemungkinan di pimpin oleh orang yang tidak shalih.
Jawab saya, uraian yang demikian itu jelas merupakan suatu tanda kelemahan dalam aqidah. Terkandung didalamnya rasa pesimistis bahwa sistem islam berupa sistem kekhalifahan tidak lagi sesuai dalam perkembangan jaman sekaligus mentetapkan ‘ada sistem lain – sistem bukan dari islam’ yang lebih sesuai.
Masya Allah, Cobalah disadari, bekerja kerasnya mereka coba ‘memperjuangkan kemenangan islam’ melalui jalur demokrasi itu kalau mereka arahkan kembali dengan penuh semangat dan energi demi memperjuangkan sistem politik islam yang sebenarnya, niscaya bahkan musuh musuh islam pasti lemah -dengan izin Allah- tak akan mampu berbuat apa apa meski mereka membuat tipu daya dengan ribuan ragam corak demokrasi lainnya.
Cobalah dipikir, andai seluruh umat islam di dunia menolak demokrasi, atau simplenya di indonesia saja, apa yang bisa diperbuat demokrasi di muka bumi? Wong dia hanya sekedar isme / sistem keyakinanan/ sistem pemahaman saja. tidak ada wujud, tidak ada bentuk yang nyata. Bahkan dia mencubit pipi kita saja tidak mampu.
Lalu adakah ‘demokrasi’ dalam islam?
Jelas ada. Memang bukan pada kemampuan saya menjelaskannya secara mendetail sebab itu merupakan cabang ilmu yang luas dalam islam. Semoga beberapa kisi kisi yang saya nukilkan dari kitab Nashiyatiy Lin Nisaa’ karya Ummu Abdillah Wal Wadi’iyyah hal 152 – 157 berikut bisa memberikan beberapa gambaran:
- Islam menjadikan Al Qur’an dan As Sunah sebagai dasar hukum utama, bukan suara terbanyak sebagai penentuan hasil akhir keputusan. Di kisahkan dalam hadist shahih muslim (3/1381) suatu hari rasulullah bertanya kepada sahabat Umar dan Abu bakar perihal sebaiknya apa yang harus dilakukan kepada tawanan perang. Ketika itu Abu bakar mengusulkan diambil fidyah dari tawanan sedangkan Umar berpendapat untuk memenggal saja para tokoh kafir dan bala tentaranya itu. Namun rasulullah lebih cenderung ke pendapat Abu Bakar. Ke esokan harinya umar bin Khatab mendapati Rasulullah dan Abu Bakar menangis sebab turunnya ayat Al Qur’an surat Al Anfaal 67-69. Maka Rasulullah selaku kepala negara memilih apa yang sudah Allah terangkan dalam ayat itu bukan malah kemudian mengadakan pemilihan suara terbanyak INI TAWANAN MAU DI BUNUH atau DIAMBIL FIDYAH (TEBUSANNYA) saja kepada seluruh penduduk madinah.
- Islam menempatkan ulama serta orang-orang shalih terpilih yang berkompeten (ahlul halli wal ‘aqdi) sebagai leader memikirkan nasib negara juga memilih pemimpin. Penjelasannya didapatkan dalam masa kekhalifahan setelah Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq dimana sekumpulan ulama Quraisy berkumpul dan memilih khalifah selanjutnya. Bukan meminta pendapat ke khalayak ramai yang belum jelas komitmen ke islamannya dan amat sangat mudah mereka terpengaruh syubhat dan syahwat menyesatkan hasil bisikan dari musuh islam maupun syaithon. Suara kaum ulama jelas lebih berharga dan tidak bisa disama ratakan nilainya dengan kalangan fasik, kafir, maupun kalangan mereka yang tidak mengerti bagaimana seharusnya hukum syar’i ditegakkan.
- Konsep politik islam tidak ada tawar menawar dengan sistem politik lainnya. Islam adalah dienul islam yang terbaik dan paling sempurna. Laksanakanlah secara kaffah jangan secara tawar menawar, ya kalau jago saya menang nanti bisa mengamalkan syariat islamnya, kalau nanti kalah ya islam tidak diamalkan. Sebuah perendahan bagi kemuliaan islam yang sesungguhnya.
- Konsep politik islam menempatkan hak suara perempuan dengan laki laki secara Adil. Perhatikan pada sistem demokrasi dimana tidak berkesesuaian dengan islam. Mereka menyamaratakan hak suara laki laki dan perempuan dengan menganggap yang demikian itu lebih baik dari pada mekanisme ‘penilaian suara’ yang sudah diajarkan oleh Allah dan RasulNya.