Proses patah hati memainkan banyak permainan persepsi. Persepsi sendiri dimaknai sebagai cara pandang unik dari seorang individu tentang suatau peristiwa atau pengalaman yang di alami. Bisa jadi suatu kejadian yang sama,bisa dimaknai secara berbeda oleh orang-orang yang bersama-sama melihatnya. Ya sebab itu tadi, persepsinya masing-masing. Begitu pula pas patah hati, kejadiannya putus sama-sama putus. Namun orang yang melihatnya bahkan oknum yang terlibat secara langsung dalam masalah putus itu bisa memaknai secara berbeda.
Sakit, manakala kita menempatkan diri sebagai korban keadaan
Bagi mereka yang mempersepsikan dirinya sebagai korban dari permasalahan putus, maka selama dia tidak mau merubah persepsi itu, ya dia akan selamanya merasakan ketidak nyamanan dalam hidup sebab dia mempersepsikan dirinya budak dari kejahatan pasangannya (baca: diputusin). Dia akan selalu melihat DALAM PERSEPSINYA bahwa pacarnya itu tidak bisa menghargai upaya kerasnya selama ini mempertahankan cinta yang udah ada. Dia mempersepsi bahwa pacarnya melakukan kedzaliman padanya sebab memutuskan dirinya dengan alasan sebaik apapun.
Ndak ada asap,
ndak ada api..
Padahal, kalusaja mau direnungi. Ndak ada asap, ndak ada api. Padahal segala perilaku orang lain, tidak jauh-jauh juga ada muaranya dari sikap dan perilaku kita. Apapun itu. Bisa jadi, faktor pendorong yang memperkuat dirinya putus bisa jadi dia melihat diri kita sendiri yang memang kurang tepat baginya. Kita memang tidak pernah mengatakannya namun bahasa nonverbal kita approve semua asumsi asumsi yang telah mulai muncul padanya.
Metode Reframming Psikologi
Okelah bisa jadi memang beberapa fakta otentik ditemukan ternyata pasangan kita memang benar-benar tidak berusaha mempertahankan hubungan yang sudah dibangun. Point disini, pakailah persepsi diri dengan bersyukur seperti:
- “Untung putusnya hari ini, daripada putus di masa depan saat dah menikah atau dalam kondisi yang lebih jauh“.
- “Alhamdulillah, aku putus dengan pasangan yang kurang berkomitmen, sehingga aku pasti bisa mendapatkan yang lebih baik di masa yang akan datang“.
- “Syukurlah, aku sudah tau betapa lemah dirinya dalam menghadapi segala gejolak hidup, untung hari ini aku sudah putus dari dia” atau yang semaknanya.
Jadilah penguasa atas segala kondisi patah hati. Kalau kita tidak menciptakan persepsi terbaik dari diri dan bagi kita, maka persepsi ‘buatan’ dari eksternal yang akan merasuk ke dalam diri kita. Dampaknya jelas, patah hati yang ada semakin sakit rasanya. Oke, semoga bermanfaat, ambilah persepsi positif dari putusmu.
Baca Juga: APa yang harus dilakukan kalau pacar selingkuh? | Keburukan pacaran | Rasa Sakit Patah Hati itu masalah Penghargaan Dirinya | Dapat Ganti Yang lebih Baik