Perumpamaan Islam – Faqih (2005) dalam bukunya “Mempersiapkan Jawaban di Alam Kubur” memberikan ilustrasi sederhana namun mudah dipahami tentang bagaimana manusia menempatkan islam dalam kehidupan sehari-harinya. Pengetahuan mengenai ilustrasi itu menjadi sangat penting lebih-lebih pada hari ini ketika pengaruh bujukan dunia semakin memudarkan celupan islam dalam dada kita. Ilustrasinya sebagai berikut:
Manusia dengan islam ibarat dalam suatu periode seorang direktur memberikan instruksi kepada salah seorang anak buahnya. Direktur itu berkata, “Masuklah ke ruang kerja A dan bekerjalah selama empat jam. Jenis pekerjaan Anda telah tertulis di buku agenda yang ada di dalam ruangan. Setelah empat jam Anda harus menghadap saya untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas Anda”.
Sang anak buah pun masuk ruang kerja yang ditunjuk. Luar biasa, ternyata di dalam ruang A ada aneka ragam makanan lezat, minuman segar, VCD yang menarik, dan tempat tidur yang nyaman. Maka ia langsung menyantap makanan dan meneguk minuman sambil tidur-tiduran serta menonton VCD. Tidak terasa empat jam sudah lewat, maka bel pun dibunyikan sementara ia belum membaca agenda yang menjadi panduan kerjanya.
Sampai pada waktunya sang direktur memintanya menghadap, lalu sang direktur bertanya, “Apa anda membersihkan ruangan?” atau “Apakah anda sudah merapikan berkas-berkas yang ada di meja saya?”. Si Anak buah menjawab, “Saya tidak tahu kalau bapak memerintahkan saya membersihkan ruangan”.
Direktur bertanya lagi, “Mengapa anda menyetel dan menonton VCD?” atau “Mengapa anda memakan makanan dan meminum minuman yang segar yang di ruang A?”. Ia menjawab,”Saya tidak tahu kalau bapak melarang saya menonton VCD”.
O ow.. Andai Pembaca sebagai direkturnya, apa yang saudara rasakan?
Lalu, Apa yang saudara lakukan kepada Anak buah Anda?
Bagaimana pendapat saudara pada sikap si anak buah?
Perumpamaan Islam , kita, Al Qur’an dan Allah Sang maha Pencipta
Pembaca semua, tidak dengan maksud mensifatkan Allah Subhanahu wata’ala dengan makhlukNya,perumpamaan direktur dalam kisah di atas adalah Allah yang telah membuat kita lahir di dunia. Allah bekalkan kepada kita serangkaian tugas, amanah, dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam ruang dunia tempat kita berada saat ini. Allah berikan serangkaian tugas yang detail tugas-tugas itu sudah dijelaskan dalam agenda kerja yang dinamakan al Qur’an serta Sunnah nabiNya. Sedang umur , adalah waktunya yang Allah berikan bagi kita untuk menjalankan segala agenda kerja itu.
Sayangnya serba serbi ke asyikan dunia benar-benar membuai kita. Mulai dari buaian yang menginfeksi paradigma berpikir, pola perilaku, pilihan bersikap, serta berbagai takaran hidup semakin hari semakin ‘mengalihkan’ kita daru menjalankan agenda-agenda dari Allah subhanahu wata’la. Parahnya, dalam kondisi terbuai YANG AKUT, sebagian kita melihat bahwa agenda-agenda kerja yang menipu itu merupakan parameter yang lebih baik dari apa yang telah Allah dan RasulNya gariskan dalam islam.
Ada yang mengatakan, agenda dari Allah itu kuno, tidak relevan di jamans sekarang, pola pikir ortodok, sikap fanatik sempit serta segudang stigma negatif lainnya. Jelas semua penegatifan ini tidak muncul tanpa ada perencanaan, ada aktor syetan yang memang mendesain agar manusia jauh dari menjalankan agenda-agenda ke ilahian dalam keseharian hidup di dunia.
Bagi yang muda,
Membangkang dengan orang tua, dianggap dewasa..
Berpacaran dianggap jalan baik untuk menjemput jodoh..
Bergaya ala orang-orang kafir dianggap baik
Bagi yang tua,,
Juga tidak sadar-sadar bahwa umur dah semakin menipis, mau mulai kapan mendekat kepadaNya?
Tidak tergerak juga agar merubah pola pikirnya dari menyembah kubur dan orang-orang shaleh yang sudah mati..
Perumpamaan Islam dan diri bisa menjadi muhasabah
Aneka jenis cobaan yang melalaikan manusia secara multidimensi telah menyesatkan sebagian besar umat. Tinggal sedikit saja yang mampu melihat waktu, sempat membuka buku agenda kerjanya sehingga bisa ‘punya muka’ saat menghadap Allah Sang Direktur Di Atas para direktur Semesta alam raya ini. Bisa dibayangkan betapa payahnya diri kita jika memilih berperilaku sebagaimana anak buah yang ada pada kisah di atas.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Qs. Al Mu’minuun:115).
فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah” (Qs. Al Luqman: 33).
Kiranya artikel Perumpamaan Islam dan diri Kita bisa menjadi bahan intersopeksi bagi kita bersama. Cukuplah Ayat-ayat Allah di atas menjadi nasehat yang selalu mengiringi jalan hidup kita.