sembilan dari sepuluh – Sering banget dalam forum pengusaha yang digelar kaum muslimin, nggak MC nggak pematerinya mengucapkan bahwa ada hadist dari Rasulullah yang menyatakan bahwa sembilan dari sepuluh pintu rejeki adalah dari pintu bisnis/berniaga/perdagangan/entrepreneur “. Yang ‘katanya’ hadist itu bahkan lalu sering kali diulang-ulang dan diharapkan menjadi sebuah spirit pergerakan bisnis para audiencenya.
benarkah hadist sembilan dari sepuluh pintu rejeki shahih?
demikian seringnya denger, timbul rasa penasaranku.
ehm, benarkah itu hadis dari Rasulullah?
periwayat aslinya siapa sih? kog ndak pernah di bacakan sampai detailnya?
kalo itu hadis yang kuat atau bagus, pasti ada syarahnya dong, lalu syarah ulama terhadap hadist itu seperti apa?
lagian, seperti apa sih derajat hadist itu ditinjau oleh para ulama? shahih kah? mursal? atau yang lain kog sering banget disampaikan dan jelas jelas mengatakan ‘hadist rasulullullah”… wah ni perlu kejelasan. Wajib malah, sebab dah bawa-bawa Rasulullah.
Awalnya sih aku jawab rasa iseng ku itu dengan membuka buku-buku hadist yang ‘qadarullah’ Allah mudahkan saya untuk membelinya. Hasilnya? nggak nemu… belum nemu. Di buku shahih bukhori, shahih muslim, shahih adabul mufrad, bulughul mahram, rhiyadush shalihin, juga tidak saya temukan. Googling di internet juga ndak njawab penasaranku di atas.
ehm… jurus manjurnya tu kayaknya nanya ustadz…
menanyakan hadist sembilan dari sepuluh ke ustadz
berlabuhlah saya bertanya kepada Ustadz Taufiq El Hakim, Lc. (Salah seorang anggota TIM YAROBBI, Alumni Jurusan Tafsir Hadist, universitas Al Azhar, Kairo).
dan jawaban beliau mengenai hadist sembilan dari sepuluh pintu rejeki kurang lebih begini:
“Isi hadist itu sebenarnya begini, “Sembilan per sepuluh rizki ada diperniagaan dan sepersepuluhnya di peternakan”. Hadist itu di dhoifkan (dilemahkan) oleh Syaikh Albani (Salah seorang Ulama Pakar Hadist ternama). Keterangannya ada di kitab “ittihaful Khobiroh” Juz 3 hal 275. Dijelaskan disitu, sanadnya di nilai dhoif sebab salah seorang perawinya nu’aim bin abdirohman tidak diketahui. lalu di kitab Shohih wa dhoif as soghir jus 1 halaman 619 dikatakan bahwa hadis itu ternyata sanadnya mursal . Sanadnya terputus (alias nggak nyambung sampai Rasulullah shalallahu alaihi wa salam) di antara tabi’in kecil (istilah sebuah kurun ulama) ke Rasulullah saw”.
Nah, alhamdulillah, dah clear ni sekarang…
Daripada terus pakai hadist sembilan dari sepuluh, cari yang lebih shahih aja
Saranku, lah ya sudah,,, wong pernyataan sembilan dari sepuluh rejeku itu hadist dhoif dan bahkan masuk keterangan mursal. Tidak usah dipakai atau disyi’ar-syi’arkan lagi. Ya sih, ada ulama yang menyampaikan bahwa ketika hadist itu dhoif boleh di ambil keutamaannya aja.
Namun, hati-hatinya, pendapatku, mending ndak usah dipakai deh. Sebab ada ulama yang mengungkap dalam risetnya bahwa itu adalah hadist yang mursal. Insyallah hadist hadist lain mengenai rejeki yang shahih masih banyak, tinggal cari di lidwa.com, yuh,, AGAR SETIAP HARI JADI LEBIH BAIK dengan mengutamakan pengamalan hadis-hadist shahih.
saran untuk dibaca: ide mendakwahi orang pacaran atau sensasi sate kelinci di puncak. Daftar iteratur yang mendukung tulisan di atas ada di Majalah Pengusaha Muslim dan Web Rumaysho.
mbulet om artikelnya… inti-nya ae apa….. jgn membuletkan pembaca……… to the point yg nnti jg kembali pd pembaca yg budiman sendiri bagaimana menanggapi yg ada
dibaca mawon alon-alon mas Dab,,, secara ringkasnya nantikan ketemu. hehehe,,