SMSan sama ustad – Para artikel SMSan sama ustad sebelumnya saya sudah sampaikan mendetail apa saja yang jadi bahan perbincangan saat SMSan sama ustad dilaksanakan. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas hikmahnya. Hikmah apa saja yang bisa kita petik dari peristiwa singkat SMSan sama ustad saya itu.
Pelajaran dari SMS Dakwah PACARAN
1. Apa Pondasi pernikahan kita? Taat atau Maksiat?
Saya yakin semua orang memahami makna kata pondasi. Kata pondasi merujuk pada suatu makna yang menjadi dasar pokok dari segala sesuatu. Pondasi merupakan asas pokok yang wajib ada sebelum hal lain dilanjutkan setelahnya. Orang mau membangun rumah, kita bicarakan pondasi dulu. Mau bangun jembatan, jalan raya, sampai gedung pencakar langit hal pertama yang dibicarakan adalah PONDASI.
Sebab pondasi adalah asal muasal yang menjamin kokoh atau tidaknya sebuah konstruksi yang kita mau bangun. Pondasi yang berkualitas jelas akan mampu menopang tegaknya bagian dari bangunan yang diletakkan di atasnya. Sebaliknya, pondasi yang buruk, lemah, asal jadi, dan bukan dibentuk dari semua hasil yang terbaik jelas tidak akan mampu mempertahankan bentuk bangunan yang akan diletakkan di atasnya. Pada lingkup ini pondasi yang dimaksud, adalah pondasi pernikahan.
Alangkah indahnya jika pondasi pernikahan kita, yang mungkin pernikahan satu-satunya kita dalam seumur hidup ini adalah berpondasikan kesucian diri dan ketaatan kepada Allah dalam segala prosesnya. Keberkahan, bimbingan taufiq dan kasih sayang Allah meliputi kita.
Alangkah indahnya jika pondasi pernikahan kita, yang mungkin pernikahan satu-satunya kita dalam seumur hidup ini adalah berpondasikan kesucian diri dan ketaatan kepada Allah dalam segala prosesnya. Keberkahan, bimbingan taufiq dan kasih sayang Allah meliputi kita. Ya tentu setelah kita berproses dengan ketaatan, maka isilah pernikahan itu sendiri dengan ketaatan kepada Allah swt. Naudzubillahi mindzalik apa jadinya bila pernikahan kita berpondasikan perkara yang amat dibenci oleh Allah swt (pondasi maksiat)? Belum lagi, tiada jaminan kita sempat bertaubat. Parahnya lagi, lebih tidak ada jaminan lagi Allah mau menerima taubat kita (bagi yang sadar dan mau tobat tentunya). Kajian mengenai ini sangat esensial dalam Dakwah PACARAN.
2. Mulia dan besarnya pahala bagi kita yang berjuang untuk menjaga kesucian diri
Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya” (QS. An Nur: 33). Sudah banyak kisah yang bisa dijadikan pelajaran. Tengoklah kembali kisah Nabi Yusuf alahi salam. Bagaimana perjuangan beliau menjaga kesucian dirinya yang bahkan berakibat penjara, kini sampai akhir jaman kisah beliau abadi dalam al qur’an menjadi catatan gemilang bagi manusia-manusia yang menjaga kesucian dirinya.
3. Kebutuhan untuk segera bertaubat sebelum segala sesuatunya terlambat.
Allah Swt berfirman, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nur: 31) pada ayat lain Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu’min yang bersama dia. sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim: 8).
4. Salah satu bukti kesempurnaan islam yang mampu menuntun segala detail perikehidupan manusia dengan cara-cara terbaik, berkualitas, serta menjadi kebahagiaan visioner ke alam akhirat. Islam telah menuntun secara detail bagaimana proses menikah yang berpahala dan diridhoi olehNya. Karena sesungguhnya segala proses hidup kita adalah ibadah, begitu juga proses menuju pernikahan. Jadikan ia berpahala serta mendapatkan ridhoNya.
ehm, dan tentu telah banyak penjelasan dari para ulama mengenai hikmah yang lebih mendalam dari sinyal hikmah SMSan sama ustad di atas. Kalau sudah berbicara kaidah inti, kaidah pondasi pernikahan, adakah pacaran yang baik? jelas ada, pacaran setelah akad nikah. Yang belum akad nikah? Putusin Pacarmu sekarang juga. Pilih jadi PRIBADI SUCI yang menempuh jalur pernikahan penuh berkah. Semoga rekapan SMSan sama ustad yang saya lakukan bisa memberikan manfaat buat kita bersama.
Baca artikel Dakwah PACARAN lainnya: Apa boleh mantan jadi pengantin kita? MANTAN JADI MANTEN dan putusin pacar yang sekarang demi ridho Allah, dapatkan ganti yang lebih baik.